Rabu, 27 Mei 2015

KINI SI BOY TAK LAGI ADA


#
Sebut Saja Boy, teman – temanya memanggilnya Mas Boy panggilan akrabnya. Anak tunggal yang seharusnya mendapatka perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun kedua orang tua Boy  terlalu sibuk dengan pekerjaanya, Kedua orang tua Boy berangkat sebelum lampu dimatikan dan pulang saat lampu sudah menyala, hanya ada jeda waktu sedikit untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya yang sedang menjalani  masa remaja, yang rentan dengan hal – hal negatif. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Boy di luar, mereka tidak tahu kalau Roy sudah mulai merokok, bergaul dengan teman – teman yang salah. Ikut kebut –kebutan motor yang selalu berakhir dengan pesta narkoba.
“Ngapain, lo?” Tanya Boy pada Arman yang lagi menyuntikkan sesuatu ke pembuluh darahnya.
 Mau coba, kalau pakai ini badan jadi enteng, pegal – pegal jadi hilang, naik motor juga nggak takut. Nggak percaya, cobain ‘aja” Boy sebenarnya belum tahu benar kalau yang di maksud putaw itu adalah narkoba, sempat merasa ngeri. Ia ngeri bukan karena putawnya,  tapi ngeri dengan jarum suntik yang bertengger di lengan Arman.
Arman terus memaksa, Ia bilang kalau sudah merasakan enaknya putaw sakitnya jarum suntik nggak akan terasa lagi. Akhirnya Boy nyerah dan membiarkan Arman menyuntikkan jarum yang bekas Ia pakai ke pembuluh darahnya. Sejak saat itu Boy mulai menjadi pecandu  putaw. Dan saat akan memulai balapan motor agar tidak merasa takut Boy menyuntikkan putaw ke pembuluh darahnya.
Ya, kedua orang tua Boy tidak pernah mengenal Boy anaknya, bahkan mereka tidak tahu  Boy sudah kecanduan barang haram bernama Putaw dari pergaulan bebasnya, mereka mereka telah terlambat saat Ia mendengar kabar kalau motor Boy tertabrak motor temannya dari belakang saat mereka melakukan balapan liar. Boy meninggal di tempat dengan luka parah patah kaki tangan dan kepala yang retak. Menurut teman – temannya Boy balapan dalam keadaan mabuk.
Kini yang tersisa di hati mereka  hanya penyesalan beku dan kerinduan pada Boy anak tunggalnya yang tidak akan bisa hilang sepanjang hidup mereka. Mereka menyesal terlambat mencintai anak mereka, mereka menyesal telah mengabaikan Boy, menyerahkan nyawa boy pada narkoba. Dan kini Boy  tak lagi ada. (Jaid) 

Sumber : Dedihumas bnn

KINI SI BOY TAK LAGI ADA

  • 3 months ago
  • 171
  • dedihumas bnn
#
Sebut Saja Boy, teman – temanya memanggilnya Mas Boy panggilan akrabnya. Anak tunggal yang seharusnya mendapatka perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun kedua orang tua Boy  terlalu sibuk dengan pekerjaanya, Kedua orang tua Boy berangkat sebelum lampu dimatikan dan pulang saat lampu sudah menyala, hanya ada jeda waktu sedikit untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya yang sedang menjalani  masa remaja, yang rentan dengan hal – hal negatif. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Boy di luar, mereka tidak tahu kalau Roy sudah mulai merokok, bergaul dengan teman – teman yang salah. Ikut kebut –kebutan motor yang selalu berakhir dengan pesta narkoba.
“Ngapain, lo?” Tanya Boy pada Arman yang lagi menyuntikkan sesuatu ke pembuluh darahnya.
 Mau coba, kalau pakai ini badan jadi enteng, pegal – pegal jadi hilang, naik motor juga nggak takut. Nggak percaya, cobain ‘aja” Boy sebenarnya belum tahu benar kalau yang di maksud putaw itu adalah narkoba, sempat merasa ngeri. Ia ngeri bukan karena putawnya,  tapi ngeri dengan jarum suntik yang bertengger di lengan Arman.
Arman terus memaksa, Ia bilang kalau sudah merasakan enaknya putaw sakitnya jarum suntik nggak akan terasa lagi. Akhirnya Boy nyerah dan membiarkan Arman menyuntikkan jarum yang bekas Ia pakai ke pembuluh darahnya. Sejak saat itu Boy mulai menjadi pecandu  putaw. Dan saat akan memulai balapan motor agar tidak merasa takut Boy menyuntikkan putaw ke pembuluh darahnya.
Ya, kedua orang tua Boy tidak pernah mengenal Boy anaknya, bahkan mereka tidak tahu  Boy sudah kecanduan barang haram bernama Putaw dari pergaulan bebasnya, mereka mereka telah terlambat saat Ia mendengar kabar kalau motor Boy tertabrak motor temannya dari belakang saat mereka melakukan balapan liar. Boy meninggal di tempat dengan luka parah patah kaki tangan dan kepala yang retak. Menurut teman – temannya Boy balapan dalam keadaan mabuk.
Kini yang tersisa di hati mereka  hanya penyesalan beku dan kerinduan pada Boy anak tunggalnya yang tidak akan bisa hilang sepanjang hidup mereka. Mereka menyesal terlambat mencintai anak mereka, mereka menyesal telah mengabaikan Boy, menyerahkan nyawa boy pada narkoba. Dan kini Boy  tak lagi ada. (Jaid) 

KINI SI BOY TAK LAGI ADA

  • 3 months ago
  • 171
  • dedihumas bnn
#
Sebut Saja Boy, teman – temanya memanggilnya Mas Boy panggilan akrabnya. Anak tunggal yang seharusnya mendapatka perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun kedua orang tua Boy  terlalu sibuk dengan pekerjaanya, Kedua orang tua Boy berangkat sebelum lampu dimatikan dan pulang saat lampu sudah menyala, hanya ada jeda waktu sedikit untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya yang sedang menjalani  masa remaja, yang rentan dengan hal – hal negatif. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Boy di luar, mereka tidak tahu kalau Roy sudah mulai merokok, bergaul dengan teman – teman yang salah. Ikut kebut –kebutan motor yang selalu berakhir dengan pesta narkoba.
“Ngapain, lo?” Tanya Boy pada Arman yang lagi menyuntikkan sesuatu ke pembuluh darahnya.
 Mau coba, kalau pakai ini badan jadi enteng, pegal – pegal jadi hilang, naik motor juga nggak takut. Nggak percaya, cobain ‘aja” Boy sebenarnya belum tahu benar kalau yang di maksud putaw itu adalah narkoba, sempat merasa ngeri. Ia ngeri bukan karena putawnya,  tapi ngeri dengan jarum suntik yang bertengger di lengan Arman.
Arman terus memaksa, Ia bilang kalau sudah merasakan enaknya putaw sakitnya jarum suntik nggak akan terasa lagi. Akhirnya Boy nyerah dan membiarkan Arman menyuntikkan jarum yang bekas Ia pakai ke pembuluh darahnya. Sejak saat itu Boy mulai menjadi pecandu  putaw. Dan saat akan memulai balapan motor agar tidak merasa takut Boy menyuntikkan putaw ke pembuluh darahnya.
Ya, kedua orang tua Boy tidak pernah mengenal Boy anaknya, bahkan mereka tidak tahu  Boy sudah kecanduan barang haram bernama Putaw dari pergaulan bebasnya, mereka mereka telah terlambat saat Ia mendengar kabar kalau motor Boy tertabrak motor temannya dari belakang saat mereka melakukan balapan liar. Boy meninggal di tempat dengan luka parah patah kaki tangan dan kepala yang retak. Menurut teman – temannya Boy balapan dalam keadaan mabuk.
Kini yang tersisa di hati mereka  hanya penyesalan beku dan kerinduan pada Boy anak tunggalnya yang tidak akan bisa hilang sepanjang hidup mereka. Mereka menyesal terlambat mencintai anak mereka, mereka menyesal telah mengabaikan Boy, menyerahkan nyawa boy pada narkoba. Dan kini Boy  tak lagi ada. (Jaid) 

KINI SI BOY TAK LAGI ADA

  • 3 months ago
  • 171
  • dedihumas bnn
#
Sebut Saja Boy, teman – temanya memanggilnya Mas Boy panggilan akrabnya. Anak tunggal yang seharusnya mendapatka perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun kedua orang tua Boy  terlalu sibuk dengan pekerjaanya, Kedua orang tua Boy berangkat sebelum lampu dimatikan dan pulang saat lampu sudah menyala, hanya ada jeda waktu sedikit untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya yang sedang menjalani  masa remaja, yang rentan dengan hal – hal negatif. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Boy di luar, mereka tidak tahu kalau Roy sudah mulai merokok, bergaul dengan teman – teman yang salah. Ikut kebut –kebutan motor yang selalu berakhir dengan pesta narkoba.
“Ngapain, lo?” Tanya Boy pada Arman yang lagi menyuntikkan sesuatu ke pembuluh darahnya.
 Mau coba, kalau pakai ini badan jadi enteng, pegal – pegal jadi hilang, naik motor juga nggak takut. Nggak percaya, cobain ‘aja” Boy sebenarnya belum tahu benar kalau yang di maksud putaw itu adalah narkoba, sempat merasa ngeri. Ia ngeri bukan karena putawnya,  tapi ngeri dengan jarum suntik yang bertengger di lengan Arman.
Arman terus memaksa, Ia bilang kalau sudah merasakan enaknya putaw sakitnya jarum suntik nggak akan terasa lagi. Akhirnya Boy nyerah dan membiarkan Arman menyuntikkan jarum yang bekas Ia pakai ke pembuluh darahnya. Sejak saat itu Boy mulai menjadi pecandu  putaw. Dan saat akan memulai balapan motor agar tidak merasa takut Boy menyuntikkan putaw ke pembuluh darahnya.
Ya, kedua orang tua Boy tidak pernah mengenal Boy anaknya, bahkan mereka tidak tahu  Boy sudah kecanduan barang haram bernama Putaw dari pergaulan bebasnya, mereka mereka telah terlambat saat Ia mendengar kabar kalau motor Boy tertabrak motor temannya dari belakang saat mereka melakukan balapan liar. Boy meninggal di tempat dengan luka parah patah kaki tangan dan kepala yang retak. Menurut teman – temannya Boy balapan dalam keadaan mabuk.
Kini yang tersisa di hati mereka  hanya penyesalan beku dan kerinduan pada Boy anak tunggalnya yang tidak akan bisa hilang sepanjang hidup mereka. Mereka menyesal terlambat mencintai anak mereka, mereka menyesal telah mengabaikan Boy, menyerahkan nyawa boy pada narkoba. Dan kini Boy  tak lagi ada. (Jaid) 

KINI SI BOY TAK LAGI ADA

  • 3 months ago
  • 171
  • dedihumas bnn
#
Sebut Saja Boy, teman – temanya memanggilnya Mas Boy panggilan akrabnya. Anak tunggal yang seharusnya mendapatka perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun kedua orang tua Boy  terlalu sibuk dengan pekerjaanya, Kedua orang tua Boy berangkat sebelum lampu dimatikan dan pulang saat lampu sudah menyala, hanya ada jeda waktu sedikit untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya yang sedang menjalani  masa remaja, yang rentan dengan hal – hal negatif. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Boy di luar, mereka tidak tahu kalau Roy sudah mulai merokok, bergaul dengan teman – teman yang salah. Ikut kebut –kebutan motor yang selalu berakhir dengan pesta narkoba.
“Ngapain, lo?” Tanya Boy pada Arman yang lagi menyuntikkan sesuatu ke pembuluh darahnya.
 Mau coba, kalau pakai ini badan jadi enteng, pegal – pegal jadi hilang, naik motor juga nggak takut. Nggak percaya, cobain ‘aja” Boy sebenarnya belum tahu benar kalau yang di maksud putaw itu adalah narkoba, sempat merasa ngeri. Ia ngeri bukan karena putawnya,  tapi ngeri dengan jarum suntik yang bertengger di lengan Arman.
Arman terus memaksa, Ia bilang kalau sudah merasakan enaknya putaw sakitnya jarum suntik nggak akan terasa lagi. Akhirnya Boy nyerah dan membiarkan Arman menyuntikkan jarum yang bekas Ia pakai ke pembuluh darahnya. Sejak saat itu Boy mulai menjadi pecandu  putaw. Dan saat akan memulai balapan motor agar tidak merasa takut Boy menyuntikkan putaw ke pembuluh darahnya.
Ya, kedua orang tua Boy tidak pernah mengenal Boy anaknya, bahkan mereka tidak tahu  Boy sudah kecanduan barang haram bernama Putaw dari pergaulan bebasnya, mereka mereka telah terlambat saat Ia mendengar kabar kalau motor Boy tertabrak motor temannya dari belakang saat mereka melakukan balapan liar. Boy meninggal di tempat dengan luka parah patah kaki tangan dan kepala yang retak. Menurut teman – temannya Boy balapan dalam keadaan mabuk.
Kini yang tersisa di hati mereka  hanya penyesalan beku dan kerinduan pada Boy anak tunggalnya yang tidak akan bisa hilang sepanjang hidup mereka. Mereka menyesal terlambat mencintai anak mereka, mereka menyesal telah mengabaikan Boy, menyerahkan nyawa boy pada narkoba. Dan kini Boy  tak lagi ada. (Jaid) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar